Sunday, January 27, 2013

HARI KEHIDUPAN UNTUK ALAM SEMESTA

Oleh Guru Suk Sun


[Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya] (Kel 20:8-11).

Hari Peringatan Penciptaan Alam Semesta
Semua allah dari dunia ini dapat meniru sembilan dari Sepuluh Perintah Allah (Dekalog/Dasatitah). “Jangan menyembah allah lain kecuali Aku.” “Jangan berzina.” “Jangan membunuh.” “Jangan mencuri.” Setiap allah bisa melakukan dan mengatakan semua hal ini. Kong Hu Cu, Sakyamuni (Buddha), Muhamad, bahkan kita bisa melakukan dan mengatakan semua hal ini.
Walaupun demikian, “Akulah Yehovah, Allah yang menciptakan langit, bumi, dan lautan, jadi kamu harus memelihara dan menguduskan hari Sabat,” adalah perintah unik yang hanya Allah yang menciptakan langit dan bumi dapat mempermaklumkan. Setelah Allah menciptakan langit, bumi, dan segala ciptaan, Hari Sabat ini adalah hari ulang tahun penciptaan langit dan bumi, hari peringatan penciptaan alam semesta, yang pada hakikatnya merupakan Hari Penciptaan Alam Semesta.
[Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu] (Kej 2:1-3).
Semua negara di dunia ini masing-masing memiliki Hari Kemerdekaan Negara mereka. Hari Kemerdekaan Negara ini jatuh pada hari penting yang tidak dapat dihapus, diubah, atau dipindahkan ke hari lain selama negara itu masih berdiri dan tidak hancur atau lenyap. Demikian juga, [hari ketujuh ... hari Sabat] (Kel 20:10) adalah Hari Penciptaan Alam Semesta,  jadi selama alam semesta tidak lenyap, hari itu tidak dapat dihapus atau diubah ke hari lain, karena itu adalah Hari Penciptaan Alam Semesta yang ditetapkan oleh Allah Pencipta. [... tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu. ... Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya] [Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat] (Kel 20:10-11, 8).
Manusia jatuh dalam dosa di Eden dan meninggalkannya setelah kehilangan semua berkat yang ia miliki. Namun, Bapa surgawi kita memulihkan kembali hari Sabat sehingga anak-anak-Nya yang jatuh setidaknya tidak akan kehilangan itu. Hal ini karena jika mereka kehilangan hari Sabat, umat manusia akan binasa tanpa pernah bisa kembali ke surga. Hanya melalui Sabat inilah umat manusia dapat menerima semua berkat-berkat surgawi dan kembali ke rangkulan Bapa Kandung mereka.
[Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudus-Ku; apabila engkau menyebutkan hari Sabat “hari kenikmatan”, dan hari kudus TUHAN “hari yang mulia”; apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong kosong, maka engkau akan bersenang-senang karena TUHAN, dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi (surga) dengan kendaraan kemenangan; Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu, sebab mulut Tuhanlah yang mengatakannya] (Yes 58:13, 14).

Tanda Umat Surgawi
Semua negara di dunia ini mendistribusikan kartu identifikasi yang unik untuk warga mereka. Kartu identitas ini adalah satu-satunya tanda (bukti) yang dapat dengan mudah membedakan seorang warga negara di mana pun ia berada, meskipun ia berbaur dengan warga negara lain. Dengan cara yang sama, Allah juga memberikan kartu identifikasi yang unik kepada anak-anak kandung-Nya yang tidak dimiliki orang-orang di dunia ini, dan itu adalah tidak lain dari hari Sabat yang kudus yang merupakan tanda (bukti) antara Allah dan umat-Nya.
[Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Katakanlah kepada orang Israel, demikian: Akan tetapi hari-hari Sabat-Ku harus kamu pelihara, sebab itulah peringatan antara Aku dan kamu, turun-temurun, sehingga ... menjadi perjanjian kekal. Antara Aku dan orang Israel] (Kel 31:12, 13, 16, 17). Oleh karena itu, [Kuduskanlah hari-hari Sabat-Ku] (Yeh 20:20). [Hari-hari Sabat-Ku] tidak mengacu pada hari Sabat orang Yahudi atau denominasi apa pun, karena itu adalah Sabat Allah. Itulah hari Sabat yang telah Allah kukuhkan dan tetapkan. Juga, [Hari-hari Sabat-Ku] mengacu pada [Sabat yang kudus] yang Allah tetapkan secara kudus. [Kuduskanlah hari-hari Sabat-Ku, sehingga itu menjadi peringatan di antara Aku dan kamu, supaya orang mengetahui bahwa Akulah TUHAN, Allahmu] (Yeh 20:20). [Hari-hari Sabat-Ku juga Kuberikan kepada mereka menjadi peringatan di antara Aku dan mereka, supaya mereka mengetahui bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan mereka] (Yeh 20:12).

Hari Yang Allah, Yesus, dan Para Malaikat Pelihara
Allah Memelihara Sabat
Bapa surgawi kita tidak hanya membedakan secara kudus hari ketujuh sebagai Sabat, tetapi Ia sendiri juga menguduskan hari ini, dan akan terus menguduskannya bersama-sama dengan anak-anak kandung-Nya hingga selamanya. [Berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu ... pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu] (Kej 2:2, 3). [... sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, dan pada hari yang ketujuh Ia berhenti bekerja untuk beristirahat] (Kel 31:17). Itulah sebabnya Bapa Kandung surgawi kita berkata, [hari-hari Sabat-Ku] (Im 19:30), dan [hari-hari Sabat-Ku] (Kel 31:13) yang Aku pelihara. Dia juga mengatakan, [hari kudus TUHAN] (Yes 58:13), [hari Sabat TUHAN] (Kel 20:10) yang Yehovah tetapkan, yang adalah milik-Nya. Dia menandaskan bahwa hari Sabat kudus ini di luar otoritas manusia, hari suci yang Ia sahkan sendiri.
Bahkan sekarang, Ia beristirahat pada hari ini seperti yang Ia lakukan pada awal (Penciptaan) di surga bersama-sama dengan semua laskar malaikat. Sebab Dia adalah [Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir] yang [pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran] (Why 22:13; Yak 1:17). Juga, anak-anak kandung di bumi ini harus berhenti dari pekerjaan mereka sebagaimana Bapa mereka, [sebab barangsiapa telah masuk ke tempat perhentian-Nya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaan-Nya] (Ibr 4:10). [Karena itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu] (Ibr 4:11).
Yesus Memelihara Sabat
Anak Allah, Yesus, juga memelihara Sabat ini bahkan sekarang di surga seperti Bapa-Nya. Ia mengatakan, [Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat] (1 Yoh 5:3). Sabat bukanlah sesuatu yang membebankan, melainkan hari bahagia yang memerdekakan kita. Ini adalah hari yang melahirkan kembali dan menguduskan orang berdosa yang tidak kudus, hari yang membuat orang berdosa yang tersekap dalam kegelapan tanpa terang menjadi anak-anak terang. Hari yang memberikan kuasa kepada orang lemah, mencurahkan berkat-berkat kesembuhan dan kesehatan kepada yang sakit, dan lebih dari apa pun, hari Sabat menganugerahkan hidup kekal kepada manusia fana yang bahkan tidak bisa hidup sampai seratus tahun. Sesungguhnya hari Sabat adalah hari yang luar biasa membahagiakan ketika harapan dan sukacita orang terpenuhi, hari berkat surgawi, hari kehidupan untuk alam semesta.
Walaupun demikian, hari Sabat orang Yahudi yang diwariskan oleh nenek moyang mereka, yang diubah dan termodifikasi, adalah hari Sabat yang hanya menindas, menyiksa dan mengikat orang. Sabat dari gereja-gereja yang korup dewasa ini adalah hari keji yang tidak ditemukan di dalam Alkitab. Itulah hari yang membawa penghakiman (hukuman) bagi manusia ketimbang berkat, semata-mata hari yang memenuhi egoisme (kekayaan) mereka. Di antara berkat-berkat hari Sabat, berkat terbesar yang harus paling kita mensyukuri dan memuji adalah bahwa Sabat merupakan hari ketika orang-orang berdosa yang tak tersembuhkan yang lahir dalam dosa sanggup mencegah kuasa kejahatan dan keluar sebagai Allah-Allah yang kudus yang bahkan tidak dapat berdosa dalam pikiran mereka. Justru hari Sabat yang sangat kudus inilah yang memberi kita berkat yang paling menakjubkan. [Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi (hari Sabat, kehidupan alam semesta) tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah] (1 Yoh 3:9).
Namun, banyak gereja dewasa ini sia-sia mengklaim bahwa Yesus datang untuk meniadakan hari Sabat. Yesus yang meramalkan ini akan terjadi sudah membantahnya dengan perkataan, [Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat (Sepuluh Hukum/Dekalog) atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya] (Mat 5:17). Ia berkata, “Jangan salah paham dan berpikir Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat, Sepuluh Hukum/Dasatitah. Aku tidak datang untuk meniadakan Sepuluh Perintah Allah atau hari Sabat, tetapi Aku datang untuk memulihkan hari Sabat yang sempurna dan Sepuluh Hukum/Dekalog yang sempurna.” Oleh karena itu, kita tidak boleh memelihara Sabat Yahudi atau Sabat yang tidak murni dari gereja-gereja korup dewasa ini tetapi kita harus menguduskan hari Sabat Bapa Kandung kita sebagaimana yang Yesus lakukan.
Sementara berada di bumi ini, Yesus, [menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat] (Luk 4:16). Dia menyucikan hari itu. [Menurut kebiasaan-Nya], Dia selalu menyucikan hari Sabat menurut kebiasaan-Nya, dan bahkan setelah Dia disalibkan dan wafat di kayu salib, Dia beristirahat di dalam makam-Nya pada hari Sabat. [Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu ... pergilah mereka ke kubur... (di mana) Yesus bangkit ...] (Mrk 16:2, 9). Ini tercadat di dalam Alkitab. Bahkan sampai hari ini, Ia menguduskan hari ini bersama-sama dengan Bapa surgawi kita dan para malaikat. [Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya] (Ibr 13:8). [Karena itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu] (Ibr 4:11).
Para Murid Memelihara Sabat
Dalam mengamati kehidupan yang setia dari para murid bahkan setelah Yesus wafat, kita dapat dengan jelas mengerti betapa ketat Yesus telah mengajarkan mereka tentang memelihara Sabat. [Hari itu adalah hari persiapan dan Sabat hampir mulai. Dan perempuan-perempuan yang datang bersama-sama dengan Yesus dari Galilea, ikut serta dan mereka melihat kubur itu dan bagaimana mayat-Nya dibaringkan. Dan setelah pulang, mereka menyediakan rempah-rempah dan minyak mur. Dan pada hari Sabat mereka beristirahat menurut hukum Taurat] (Luk 23:54-56).
Jika Yesus telah menghapuskan Sabat dengan kematian-Nya, maka para murid tidak akan menguduskan hari Sabat setelah Yesus wafat. Namun murid-murid Yesus memelihara Sabat bahkan lebih ketat setelah Yesus wafat; dengan demikian, kita tahu bahwa sesungguhnya hari Sabat itu tidak dihapuskan. Yesus wafat pada hari Jumat. Murid-murid Yesus sedang menyiapkan minyak wangi untuk menuangkan pada tubuh-Nya, tetapi matahari sudah mulai terbenam dan itu dekat hari Sabat. Jadi para murid menghentikan pekerjaan mereka menuangkan minyak wangi dan kembali untuk memelihara hari Sabat sesuai dengan hukum. Pada hari masih pagi buta pada hari Minggu, mereka kembali melanjutkan menuangkan minyak wangi atas Yesus, tetapi Dia telah bangkit.
Dengan melihat hal-hal ini, kita dapat mengerti betapa tulus Yesus telah meminta murid-murid-Nya untuk sungguh-sungguh menguduskan hari Sabat ketika Ia masih hidup. [Tetapi pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka. Dan setelah masuk mereka tidak menemukan mayat Tuhan Yesus] (Luk 24:1, 3). [Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus. Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur] tetapi Yesus telah bangkit (Mrk 16:1, 2).
Meskipun mereka berada di tengah-tengah kesedihan yang tak dapat dihibur, mereka menguduskan hari Sabat dengan paling cermat seperti Yesus telah mengajarkan kepada mereka sementara Dia masih hidup. Rasul Paulus juga mengatakan, [Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus] (1 Kor 11:1). [Menurut kebiasaan-Nya] (Luk 4:16), Yesus menguduskan hari Sabat ketika Ia berada di dunia; demikian pula, ada tertulis di dalam Alkitab bahwa [seperti biasa (Rasul) Paulus (menguduskan) Sabat] juga (Kis 17:2).
Murid-Murid di Akhir Zaman Memelihara Sabat
Yesus yang adalah [Tuhan atas hari Sabat] (Mat 12:8), yang menegakkan hari Sabat pada mulanya bersama dengan Bapa surgawi, dengan tegas memerintahkan murid-murid-Nya, yang sesungguhnya adalah kita yang hidup di akhir zaman saat ini, untuk menguduskan hari Sabat hingga akhir dunia. [Berdoalah, supaya waktu kamu melarikan diri itu jangan jatuh pada musim dingin dan jangan pada hari Sabat] (Mat 24:20). [Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi] (Mat 24:21). [Hendaklah engkau setia (kepada Perintah-Perintah) sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan] (Why 2:10).
Allah memelihara Sabat, Yesus memeliharanya, para rasul memeliharanya, Paulus memeliharanya, dan Yesus memberi perintah khusus kepada murid-murid yang akan naik ke surga yang menghadapi Kesusahan Yakub di akhir zaman, mengatakan, “Daripada menajiskan hari Sabat sambil melarikan diri pada hari Sabat, lebih baik Anda menguduskan hari Sabat dan mati di mana Anda berada” (Merujuk kepada Mat 24:20-21). Perintah yang Yesus berikan ini saat berada di bumi adalah palu godam besar untuk menghancurkan teori palsu yang dikemukakan oleh orang-orang sekarang ini bahwa Yesus datang dan menghapuskan hari Sabat. Pemeliharaan suci terhadap hari Sabat yang tak berubah untuk selamanya adalah perintah utama yang diberikan kepada anak-anak yang dikasihi-Nya sekaligus kepada dunia.

Kembali ke Satu-Satunya Jalan Surgawi
[Beginilah firman TUHAN: Berawas-awaslah demi nyawamu! … kuduskanlah hari Sabat seperti yang telah Kuperintahkan kepada nenek moyangmu] (Yer 17:21-22). Kita adalah anak-anak kandung yang telah menerima permohonan khusus untuk menguduskan hari Sabat seperti yang diperintahkan kepada nenek moyang kita.
[Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudus-Ku; apabila engkau menyebutkan hari Sabat “hari kenikmatan”, dan hari kudus TUHAN “hari yang mulia”; apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong kosong, maka engkau akan bersenang-senang karena TUHAN, dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi (surga) dengan kendaraan kemenangan; Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu, sebab mulut Tuhanlah yang mengatakannya] (Yes 58:13-14).
Hari Sabat ini adalah perintah yang secara khusus diberikan sebagai syarat untuk diangkat ke surga. Jika kita menguduskan Sabat Allah tanpa mencari kesenangan kita pada hari itu, menahan tangan dan kaki, dan mengendalikan pikiran dan tutur kata, untuk menguduskan hari itu, maka kita akan hidup dengan menerima semua berkat Allah dalam pemeliharaan-Nya selama berada di bumi ini. Dan Dia berjanji bahwa kita akan menikmati karya-Nya untuk selamanya di puncak bukit-bukit surga juga. Dengan demikian, hari Sabat ini adalah perintah khusus yang diberikan sebagai kondisi untuk diangkat ke surga. Betapa berharganya Sabat ini! Hatiku meluap dengan sukacita setiap kali saya memikirkan hari Sabat yang merupakan harta ini. Ini adalah satu-satunya jalan surgawi yang akan memperkenankan kita naik ke surga.
[Beginilah firman TUHAN: Taatilah hukum dan tegakkanlah keadilan, sebab sebentar lagi akan datang keselamatan (kedatangan) yang dari pada-Ku, dan keadilan-Ku akan dinyatakan. Berbahagialah orang yang melakukannya, dan anak manusia yang berpegang kepadanya: yang memelihara hari Sabat dan tidak menajiskannya, dan yang menahan diri dari setiap perbuatan jahat]. [Mereka akan Kubawa ke gunung (surga)-Ku  yang kudus dan akan Kuberi kesukaan di rumah doa-Ku] (Yes 56:1, 2, 7).
[Janganlah orang asing yang menggabungkan diri kepada TUHAN berkata: “Sudah tentu TUHAN hendak memisahkan aku dari pada umat-Nya”; dan janganlah orang kebiri berkata: “Sesungguhnya, aku ini pohon yang kering.” Sebab beginilah firman TUHAN: “Kepada orang-orang kebiri yang memelihara hari-hari Sabat-Ku dan yang memilih apa yang Kukehendaki dan yang berpegang kepada perjanjian-Ku, kepada mereka akan Kuberikan dalam rumah (surga)-Ku dan di lingkungan tembok-tembok kediaman (Yerusalem kota emas)-Ku  suatu tanda peringatan dan nama--itu lebih baik dari pada anak-anak lelaki dan perempuan--,suatu nama abadi yang tidak akan lenyap akan Kuberikan kepada mereka] (Yes 56:3-5).
Dia mengatakan bahwa jika saja kita menguduskan hari Sabat, maka apakah orang asing atau kasim, siapa pun itu, semua akan dibawa ke surga baru. Namun, tidak soal apakah Anda adalah orang yang dipimpin oleh Musa, atau orang-orang pada zaman Salomo di kota emas, Yerusalem, meskipun Anda adalah anggota gereja pilihan di akhir zaman, orang-orang yang mencemarkan hari Sabat semua akan dibuang dan dibiarkan binasa.
[Sebab sama seperti langit yang baru dan bumi yang baru yang akan Kujadikan itu, tinggal tetap di hadapan-Ku], [Sabat berganti Sabat, maka seluruh umat manusia akan datang untuk sujud menyembah di hadapan-Ku, firman TUHAN] (Yes 66:22-23). Bahkan ketika kita naik ke surga, kita akan langsung pergi kepada Bapa Kandung surgawi kita dan menyembah Dia setiap hari Sabat. Kita tidak boleh berdalih lagi di hadapan fakta-fakta yang tak dapat dibantah ini seperti yang termaktub di dalam Alkitab; saya harap Anda akan menguduskan hari Sabat. [Berbahagialah orang yang melakukannya], yang [... (men)egakkan ... keadilan], [yang memelihara hari Sabat dan tidak menajiskannya] (Yes 56:1-2).
Saudara dan saudariku yang terkasih! Tentunya hari Sabat tidak pernah dihapuskan. Kita harus kembali ke Alkitab dan tidak tertipu oleh teori palsu bahwa Sabat telah dihapuskan. Menurut Alkitab, pernyataan seperti itu sungguh-sungguh melanggar ketaatasasan. [Sebab itu, baiklah kita waspada, supaya jangan ada seorang di antara kamu yang dianggap ketinggalan, sekalipun janji akan masuk ke dalam perhentian-Nya masih berlaku] (Ibr 4:1).
Kita harus berwaspada untuk tidak berakhir seperti Israel yang binasa karena menodai hari Sabat, atau seperti gereja-gereja korup dewasa ini yang telah mengikuti pola ketidaktaatan, untuk akhirnya binasa dari bumi ini. Seyogianya kita harus berhati-hati. Seperti Musa, Kaleb dan Yosua, Yesus, dan rasul-rasul, hendaklah kita naik ke surga dengan memelihara Sabat. [Sebab barangsiapa telah masuk ke tempat perhentian-Nya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaan-Nya. Karena itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu, supaya jangan seorangpun jatuh karena mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga] (Ibr 4:10, 11). [Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu] (Ibr 4:7).

Hari-hari Sabat yang Dihapus dan Hari Sabat yang Kekal
Jika Anda melihat di dalam Alkitab, ada beberapa ayat yang menyebutkan Yesus telah menghapuskan Sabat melalui salib. Mari kita sekarang meneliti ini dan mengklarifikasi persoalannya.
[Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat] (Kol 2:16). [Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes; dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan dan setiap orang menggagahinya berebut memasukinya] (Luk 16:16). [... Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya] (Ef. 2:15). [Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya] (Rom 10:4). [Memang suatu hukum yang dikeluarkan dahulu dibatalkan, kalau hukum itu tidak mempunyai kekuatan dan karena itu tidak berguna, --sebab hukum Taurat sama sekali tidak membawa kesempurnaan--tetapi sekarang ditimbulkan pengharapan yang lebih baik, yang mendekatkan kita kepada Allah] (Ibr 7:18, 19). [Yang seorang menganggap hari yang satu lebih penting dari pada hari yang lain, tetapi yang lain menganggap semua hari sama saja. Hendaklah setiap orang benar-benar yakin dalam hatinya sendiri] (Rom 14:5).  Ada lagi ayat-ayat senada yang tampaknya menyiratkan penghapusan hukum Allah, Dekalog/Dasatitah, dan itu bisa sangat menyesatkan.
Pertama, [Kolose 2:16] pada dasarnya mengatakan, “Jangan berargumentasi dan bersilat lidah tentang hari Sabat. Yang perlu Anda lakukan hanyalah percaya.”
Berikut, [Lukas 16:16] mengatakan, “Hukum Taurat dan kitab para nabi sampai pada zaman Yohanes Pembaptis. Setelah itu, semua yang perlu dilakukan adalah percaya kepada Injil kerajaan Allah. Tidak perlu memelihara hari Sabat dari orang-orang Yahudi itu.”
[Efesus 2:15] mengatakan, “Bukankah dikatakan hari Sabat dihapuskan melalui kematian Yesus, mengapa Anda menyalah tafsir Alkitab seperti itu?” Dalam [Roma 10:4], “Kristus menggenapi hukum Taurat.”
[Ibrani 7:18-19] mengatakan, “Bukankah dikatakan perintah terdahulu dibatalkan karena lemah dan tak berguna? Jadi mari kita ikuti pengharapan yang lebih baik dan hanya percaya pada Yesus. Kemudian kita akan masuk surga.”
[Roma 14:5] mengatakan, “Apakah kita memelihara hari Minggu atau Sabtu, hanya jika kita yakin dalam pikiran sendiri, itu sudah cukup. Jika kita memelihara hari Sabtu sebagai hari Sabat, siapa yang dapat memegang jabatan publik di dunia, dan siapa yang bisa bersekolah? (Di Korea, siswa/siswi pergi ke sekolah pada hari Sabtu juga) Mari kita berpaut pada pandangan moderat.” Seperti itulah argumen yang dapat dikemukakan orang.
Akan tetapi jika ada sesuatu yang harus diutamakan, saya percaya kaum pembaca tahu lebih baik daripada orang lain – seluruh Alkitab adalah kebenaran kekal Allah sehingga tidak ada yang sembarangan dapat menambah atau menguranginya.
[Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: “Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini. Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini] (Why 22:18-19).

Hari-Hari Sabat yang Dihapuskan
Di dalam Alkitab, ada sebanyak enam jenis hari Sabat. Di antara hari-hari Sabat ini, lima di antaranya telah [dibatalkan] (Ibr 7:18) oleh Yesus Kristus melalui kematian-Nya di salib, [sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan(nya)] (Ef 2:15). Dan hanya salah satu di antaranya masih berlaku, dan Sabat tersebut adalah hari peringatan kekal dari penciptaan alam semesta yang secara pribadi diukir oleh Allah pada dua loh batu. Itulah [Sabat Yehovah], jalan surgawi yang Allah berikan kepada anak-anak kandung-Nya sebagai syarat masuk surga. Berikut ini adalah hari-hari Sabat yang dihapuskan oleh Anak Domba Allah, Yesus, yang menumpahkan darah sebagai korban penebusan:
1. Sabat Paskah (Im 23:5, 7-8) ... tanggal 15 Januari dan 21 Januari menurut kalender Yahudi.
2. Sabat Pentakosta (Im 23:15-16, 21) ... Satu hari sesudah Sabat yang ketujuh (hari ke-50) dari 16 Januari (hari setelah hari Sabat Paskah).
3. Sabat Serunai (Im 23:24-25) ... 1 Juli menurut kalender Yahudi.
4. Sabat Hari Pendamaian (Im 23:27, 32) ... 10 Juli menurut kalender Yahudi.
5. Sabat Pondok Daun (Im 23:34-36) ... 15 Juli dan 22 Juli menurut kalender Yahudi.
Ini adalah hari-hari Sabat yang telah disalahtafsirkan dan memicu begitu banyak pertanyaan, dan ayat, [janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai ... hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat] (Kol 2:16) berlaku untuk hari-hari Sabat yang [sampai kepada zaman Yohanes] (Luk 16:16), yang dihapuskan oleh Kristus melalui kematian-Nya dengan sekaligus. Setiap kali tiba hari-hari Sabat ini, umat Allah pada purbakala selalu menyembelih domba, mempersembahkannya kepada Allah, dan beristirahat pada hari itu. Juga, ini adalah hari-hari Sabat temporer (bersifat upacara) yang dicatat oleh seorang manusia (Musa) dengan tangan sendiri yang harus dirayakan setiap tahun oleh manusia korup tanpa kecuali hingga Yesus datang dan wafat di salib.

Sabat yang Kekal
[Sabat Yehovah] yang tertera dalam Sepuluh Hukum/Dekalog bukanlah Sabat temporer, melainkan Sabat yang kekal. Ini adalah hari Sabat yang Allah tegakkan pada mulanya sebelum manusia jatuh dalam dosa, hari Sabat yang Allah sendiri juga kuduskan. Dan sejak semula ketika diberikan kepada manusia, tidak ditulis oleh tangan manusia tetapi [kedua loh hukum Allah ... yang ditulisi oleh jari Allah] (Kel 31:18). [Sabat kudus] ini tidak bersangkut paut dengan darah penebusan Anak Domba, tidak bersangkut paut dengan sebelum dan sesudah berdosa, tidak bersangkut paut dengan sebelum dan sesudah salib Kristus; ini diberikan tidak hanya untuk umat manusia, tetapi untuk semua penduduk dan warga dunia-dunia semesta. Ini adalah [Sabat kudus Allah], hari peringatan penuh sukacita dan kebahagiaan alam semesta yang dikuduskan oleh manusia yang jatuh, bersama dengan Allah, Yesus, semua laskar malaikat, dan semua warga dunia semesta untuk selamanya. Ini adalah [Sabat kudus] yang semua penduduk dunia semesta harus menguduskan dengan bahagia dan gembira. Ini adalah hari Sabat berkat surgawi. Jika Sabat ini dihapuskan, maka umat manusia dan seluruh alam semesta akan jatuh binasa. Hanya dengan menerima berkat Allah yang tak terbatas seluruh alam semesta bisa bertahan hidup. Namun, jika saluran berkat ini terputus, maka tidak hanya bumi, tetapi seluruh alam semesta akan binasa. Saya sungguh-sungguh berharap keluarga umat manusia akan sepenuhnya memahami fakta yang tak dapat dibantah ini, sehingga mereka dapat mengambil bagian dalam kebahagiaan dan kemuliaan abadi surga.
■ Tantangan: Karena perubahan dahsyat setelah air bah Nuh, hari Sabat itu mungkin sudah bercampur aduk, jadi bagaimana mungkin Anda begitu keras kepala dan bersikeras bahwa Sabtu adalah hari Sabat pada mulanya? Kita dapat menguduskan hari apa saja sesuka kita.
● Jawaban: Ketika Allah memberikan Musa loh batu Sepuluh Hukum, apakah itu sebelum atau setelah air bah? Itu setelah air bah. Jika demikian, maka Sepuluh Hukum (termasuk Sabat) yang orang Yahudi warisi dari Musa tidak diragukan lagi hari Sabtu. Hari Sabat itu abadi; Sepuluh Perintah itu kekal. Sepuluh Perintah adalah Hukum universal yang melindungi alam semesta. Andaikata Dekalog/Dasatitah ini dihapuskan seperti segelintir orang mungkin mengklaim, maka alam semesta akan segera menjadi dunia kacau-balau penuh pelanggaran hukum dan benar-benar hancur pada akhirnya. Sama seperti hukum Korea menjaga ketertiban, perdamaian, kebebasan, dan kebahagiaan Korea, Sepuluh Hukum alam semesta adalah Hukum universal yang membawa perdamaian, kebebasan, dan kebahagiaan bagi alam semesta. Oleh karena itu, kecuali bangsa-bangsa semesta jatuh hancur dan lenyap, Hukum Dekalog adalah Hukum yang tak berubah untuk selamanya. [Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi] (Mat 5:18).

Tuhan atas hari Sabat
[Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat] (Mat 12:8).
Ketika Ia mengatakan, [Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat], itu berarti < Anak Manusia adalah pemilik hari Sabat, yang empunya hari Sabat, Dia yang telah menegakkan hari Sabat>. Ada satu makna yang lebih dalam yang termaktub dalam perkataan [Tuhan atas hari Sabat]. Ini menyiratkan . Oleh karena itu, [Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat (Dasatitah yang adalah entitas-Ku), sebelum semuanya terjadi] (Mat 5:18). [Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah] (Mat 19:17).
Oh! Betapa menakutkan ini! Manusia atau makhluk ciptaan mana bisa berani mencemarkan atau mengubah hari Sabat yang di dalamnya Allah Pencipta langit dan bumi secara pribadi bersemayam? Itulah sebabnya Dia memerintahkan kita untuk benar-benar menguduskan hari Sabat bahkan selama kesusahan dahsyat [seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi] (Mat 24:21), meskipun harus kehilangan nyawa kita untuk menguduskannya. Hanya anak-anak seperti itulah yang akan Allah bangkitkan dan bawa ke surga secara pribadi. Juga, kepada anak-anak yang menguduskan Sabat ini, Ia akan menaruh meterai-Nya pada dahi mereka, mengatakan, “Inilah anak-Ku yang terkasih kepadanyalah Aku berkenan” (Merujuk kepada Yeh 9:4-6; Why 7:2-3). Dengan demikian, hari Sabat adalah ujian iman kita kepada Allah.
Ah! Tetapi bagaimana sehingga begitu banyak dari saudara-saudara kita Kristen menguduskan hari yang sama sekali berbeda, yakni hari Minggu (hari matahari), setelah kehilangan Sabat yang paling berharga ini yang Tuhan kita telah tegakkan, Sabat kudus di mana entitas Tuhan kita bersemayam, Sabat kudus yang akan selamanya kita kuduskan bahkan di langit yang baru dan bumi yang baru (Yes 66:22-23)? Tidak pernah ada waktu ketika Tuhan kita menegakkan hari Minggu ini pada awalnya, Ia sendiri tidak pernah menguduskan hari ini, sekali pun tidak, dan Dia tidak pernah memerintahkan siapa pun untuk menguduskan hari ini. Sebaliknya, hari pertama ini adalah hari saat Tuhan kita bekerja dengan tekun untuk menciptakan langit dan bumi, dan ketika Dia datang ke dunia ini, itu adalah hari pertama setelah hari Sabat ketika Dia tekun bekerja dalam pertukangan.
Hari Minggu ini adalah hari yang Bapa surgawi dan para malaikat tidak mengakui,  tetapi bagaimana sehingga orang-orang mulai memelihara hari ini? Lalu kapan hari pertama, hari Minggu ini, menjadi hari Tuhan dan bagaimana hal itu bisa terjadi? Mari kita membaca perkataan nubuat dari Allah, serta keterangan para saksi (para ahli) yang tulus dari segala zaman.

Nubuatan Alkitab
[Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap...] (2 Pet 1:19). [Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa, yaitu lawan (Allah) yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah. Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah] (2 Tes 2:3-4). [Ia akan mengucapkan perkataan yang menentang (Allah) Yang Mahatinggi, dan akan menganiaya orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi; ia berusaha untuk mengubah waktu dan hukum (Hukum Dekalog)] (Dan 7:25).

Keterangan Para Saksi yang Tulus
The British Encyclopedia (Artikel tentang hari Minggu)
“Hukum Hari Minggu pertama-tama ditetapkan pada tahun 321 Tarikh Masehi oleh Kaisar Roma Konstantin 1 yang menganut kepercayaan setengah kafir dan setengah Kristen.

History of the Christian Church” jilid 3, edisi V, hal. 380, catatan 1
“Pada Hari Matahari (hari Minggu) yang patut dimuliakan, biarkanlah para hakim dan orang-orang yang bermukim di kota-kota beristirahat, dan biarkan  semua bengkel ditutup.”

Christian at Work
 “Maka segelintir orang telah berupaya memulai pemeliharaan hari Minggu berdasarkan perintah para rasul, tetapi kenyataan para rasul sama sekali tidak memberikan perintah pemeliharaan hari Minggu” – Editorial, 19 April 1883. hal. 3.

Neander (sejarawan gereja) mengatakan:
“Pemeliharaan hari Minggu, sama seperti semua perayaan lainnya, senantiasa merupakan ordinasi manusia belaka. Dan inilah di luar maksud para rasul untuk mengukuhkan perintah ilahi dalam hal ini, jauh dari maksud mereka... (History of the Christian Faith and Church, hal. 186).

William Prynn, sejarawan Puritan yang terkenal (1665):
“Sabat hari ketujuh ... disucikan oleh Kristus, para rasul dan kaum Kristen mula-mula, setelah kebangkitan sampai Majelis Laodikia sungguh-sungguh menghapus sebagaimana rupa pemeliharaan hari Sabat.” “Majelis Laodikia, sekitar tahun 360 Tarikh Masehi ... pertama-tama menetapkan pemeliharaan Hari Tuhan (hari Minggu), dan melarang … pemeliharaan hari Sabat Yahudi dengan ancaman laknat” (Lord’s Day – Research Paper on the Sabbath, 34, 44).

R.W. Dale, M.A., (Congregationalist of England) menulis:
“Adalah cukup jelas bahwa walaupun demikian tekun dan khidmatnya kita memelihara hari Minggu, kita sebenarnya tidak memelihara hari Sabat. Hari Sabat dijadikan berdasarkan sebuah perintah khusus dan ilahi. Kita tidak bisa berdalih tentang perintah seperti itu untuk mewajibkan pemeliharaan hari Minggu. Tidak ada satu pun kalimat dalam Perjanjian Baru yang menyiratkan bahwa kita akan mendapat hukuman bila melanggar hari Minggu yang disangka suci” (The Ten Commandments, 127-129).

Dr. E.T. Hiscox, Baptist, Penulis “The Baptist Manual”
“Ada sebuah perintah dari dahulu hingga sekarang untuk menyucikan hari Sabat, tetapi hari Sabat itu bukan hari Minggu. Walaupun demikian, akan dikatakan dengan lagak kemenangan, bahwa Sabat dialihkan dari hari ketujuh ke hari pertama dalam pekan. ... Di manakah bukti-bukti (Alkitab) dari persetujuan tersebut didapatkan? Tidak di dalam Perjanjian Baru – sama sekali tidak. ... Tentunya saya tahu ­dengan baik bahwa hari Minggu memang mulai ditetapkan sebagai hari keagamaan dalam sejarah kristenitas mula-mula, sebagaimana yang kita pelajari dari bapa leluhur Kristen dan sumber-sumber lainnya. Akan tetapi sangat disayangkan bahwa pemeliharaan hari Minggu (hari Dewa Matahari) muncul oleh pengaruh dan cap kekafiran, dan dikristenkan dengan nama dewa matahari, kemudian diangkat dan disetujui oleh kepausan yang murtad, lalu diturunkan sebagai warisan sakral kepada aliran Protestan”  (dari tulisan Dr. E.T. Hiscox pada tanggal 20 Agustus 1893, di Saratoga, NY, teks asli hal. 513-514).

John Frith (1572)
“Kita sebegitu rupa berada dalam takhayul pemeliharaan hari Minggu sama seperti (Orang Yahudi) dalam pemeliharaan hari Sabtu. ... ya, dan kita jauh lebih gila karena orang Yahudi berpatokan pada firman Allah dalam penyucian hari Sabtu, (karena) ... mereka diperintahkan untuk memelihara kekhidmatan hari ketujuh. Dan kita tidak memiliki firman Allah yang mendukung kita, tetapi sebaliknya menentang kita; sebab kita bukan memelihara hari ketujuh, sebagaimana yang dilakukan oleh orang Yahudi, melainkan hari pertama, yang tidak diperintahkan oleh hukum Allah” (Penulis 96, W. Tillen, John Frith, Dr. Barnes).

The Baptist Teacher
“Hukum sudah ada sebelum zaman Musa. Hukum itu sudah ada sejak umat manusia dijadikan … Ada bukti pemeliharaan hari Sabat sejak semula, dan TUHAN dari Sinai memerintahkan supaya hukum yang sudah ada itu ‘diingat’. … Sebagaimana hukum itu sudah ada sejak semula, demikian juga akan tetap ada hingga akhir … Bahkan hukum hari Sabat masih mengikat baik sekarang maupun hingga selama-lamanya. Setiap hari ketujuh harus dikuduskan secara istimewa” (Edisi Juli 1895, hal. 317).

Mgr. Segur (klerus berkedudukan tinggi di Gereja Katolik Roma) mengatakan:
“Adalah gereja Katolik, yang dengan otoritas Yesus Kristus, telah memindahkan hari perhentian ini ke hari Minggu, sebagai peringatan kebangkitan Tuhan kita. Dengan demikian, pemeliharaan hari Minggu oleh kaum Protestan merupakan penghormatan mereka kepada otoritas Gereja Katolik tanpa menghiraukan diri mereka” (Criticism of Today’s Protestant Church, hal. 213).

Kardinal Gibbins (Gereja Katolik Roma) mengatakan:
“Anda boleh membaca Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu dan tidak akan menemukan satu baris yang mengesahkan penyucian hari Minggu. Alkitab memerintahkan perayaan keagamaan pada hari Sabtu, hari yang tidak pernah kita sucikan” (Faith of Our Fathers 1917, hal. 89).

Eusebius, seorang uskup terkenal dan pendukung Konstantin, mengatakan:
“Segala sesuatu dan apa saja yang menjadi tugas yang patut dilakukan pada hari Sabat, ini telah dipindahkan ke Hari Tuhan (hari Minggu)” (Volume 1 of Cox’s essay on the Sabbath and notes on the Psalms, hal. 361).

Kardinal Gibbins (Katolik Roma) mengatakan:
“Anda boleh membaca Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu dan tidak akan menemukan satu baris yang mengesahkan penyucian hari Minggu. Alkitab memerintahkan perayaan keagamaan pada hari Sabtu (hari Sabat), hari yang tidak pernah kita sucikan.”

The Catholic Record:
“Pemeliharaan hari Minggu sebagai hari Sabat tidak berlandaskan Kitab Suci tetapi menurut tradisi kita; oleh karena itu tidak diragukan lagi pemeliharaan hari Minggu dilembagakan oleh Gereja Katolik.”

Paus Leo Xlll mengatakan:
“Kami (Gereja Katolik) memiliki kedudukan dan prerogatif dari Allah Yang Mahakuasa di bumi.”

Hera Riz dari [Church Dictionary] mengatakan:
“Paus memiliki martabat begitu besar dan mulia sehingga ia bukan manusia biasa, melainkan seolah-olah adalah Allah, dan vikaris Allah.”

Lucius Fenais, “Papa II” Prompta Bibliotheca, Vol. Pg. 25-28, Citedin Notes from the Book of Daniel, pg. 192-193, New Research on the Book of Daniel, pgs. 334-335
“Oleh karena itu, Paus dimahkotai dengan mahkota bertingkat tiga sebagai raja di surga, di bumi dan di bawah bumi.” “Demikian juga ia adalah raja ilahi di atas bumi, satu-satunya kaisar agung dari kaum beriman yang setia kepada Kristus, dan raja di atas segala raja dan di atas sejumlah penguasa.” “Lagi pula superioritas dan kuasa Paus Roma tentunya berlaku tidak hanya pada hal-hal surgawi hingga hal-hal duniawi dan di bawah dunia tetapi bahkan melebihi para malaikat, dan melebihi siapa saja.” “Paus memiliki otoritas dan kuasa yang demikian besar sehingga ia dapat mengubah (mengganti), menjelaskan dan menafsirkan Hukum Allah.”
Saya percaya para pembaca akan secara jelas membuat kesimpulan sendiri setelah membaca kesaksian-kesaksian dari para ahli yang tulus. Sesungguhnya betapa akurat firman di dalam Alkitab yang dinubuatkan oleh Allah telah digenapi berkenaan dengan anak durhaka, yang akan muncul dan mengubah Hukum Allah!
Paus berkata tentang dirinya sendiri, “Paus memiliki martabat begitu besar dan mulia sehingga ia bukan manusia biasa, melainkan seolah-olah adalah Allah, dan vikaris Allah.” Setelah mencampur-adukkan beberapa kata, ia telah duduk di atas takhta Allah. Setelah itu, Paus ini mengangkat dirinya, mengatakan ia adalah “raja di surga, bumi, dan di bawah bumi, satu-satunya raja dari segala raja di surga dan bumi.” Dia juga mengklaim bahwa dirinya adalah “raja ilahi di atas bumi ini, satu-satunya kaisar agung dari orang percaya yang setia kepada Kristus.” Bahkan Yesus yang datang dari surga tidak berkuasa atas kita sebagai seorang kaisar, jadi siapa yang bisa berani memerintah atas kita sebagai kaisar kita? Lagi pula, bagaimana Paus dapat mengampuni dosa kita atau menjadi satu-satunya kaisar agung atas surga dan bumi? Dan ia bahkan dapat mengarahkan jalan di surga (dunia-dunia semesta)? Bukankah anjing-anjing tetangga tertawa? Juga hal yang mencengangkan adalah bahwa ia mengatakan memiliki otoritas untuk mengubah dan mengganti Hukum bangsa-bangsa semesta (Sepuluh Hukum) yang Allah tegakkan, jadi siapa lagi kalau bukan dia yang telah merebut takhta Allah? Itulah sebabnya Allah yang tahu ribuan tahun yang lalu bahwa orang durhaka ini, anak terkutuk ini akan muncul, bernubuat tentang dia sebelumnya, bahwa ketika saatnya tiba, anak durhaka itu akan duduk di Bait Allah dan berkata, “Aku adalah Allah. Sembahlah aku dan akuilah dosa-dosamu kepadaku.” Dia akan muncul untuk melanggar otoritas surgawi Allah.
[Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa, yaitu lawan (Allah) yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah. Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah] (2 Tes 2:3-4). Walaupun demikian, [seluruh dunia heran, lalu mengikut ...  dan mereka menyembah (dia) ] (Why 13:3-4).

Hari Sabat Kehidupan, Hari Sabat Kematian
< Sepuluh Hukum yang Allah ukir secara pribadi>
1. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.
2. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.
3. Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.
4. Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.
5. Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.
6. Jangan membunuh.
7. Jangan berzinah.
8. Jangan mencuri.
9. Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
10. Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu.



1. Allah adalah Tuhan semesta alam, sembahlah dia di atas segala sesuatu.
2. Jangan bersumpah palsu dalam nama kudus Tuhan semesta alam.
3. Kuduskanlah Hari Tuhan.
4. Hormatilah ayahmu dan ibumu.
5. Jangan membunuh.
6. Jangan berzinah.
7. Jangan mencuri.
8. Jangan bersaksi dusta.
9. Jangan mengingini isteri orang lain.
10. Jangan mengingini harta orang lain.

Gereja Katolik Roma mengusir Allah yang bersemayam di dalam hukum kedua, “Jangan bersujud kepada patung berhala.” Sebagai gantinya, mereka mendirikan patung Maria dan mulai menyembahnya. Selanjutnya, mereka menyingkirkan Hukum keempat tentang hari Sabat dan menegakkan hari Minggu sebagai gantinya. Mengapa mereka bersikeras menyingkirkan hukum keempat, hari Sabat? Di dalam hukum keempat ini bersemayam Allah Pencipta yang mengatakan, “Akulah Yehovah yang menciptakan langit dan bumi, laut dan semua makhluk hidup.” Setan tahu bawa jika ia dapat menyingkirkan hukum keempat, seluruh dunia akan menjadi miliknya, itulah sebabnya ia berani menyingkirkan perintah keempat. Betapa berani dan keji tindakan pemberontakan itu! Akan tetapi yang lebih tak terduga adalah bahwa semua anak-anak Allah di seluruh dunia begitu membabi-buta dan sembrono bersepakat mengikuti dan menyembah dia, yaitu musuh yang menentang Allah mereka. Bangsa-bangsa telah mendukung dia dan malahan secara hukum mengesahkan hari Minggu sebagai hari libur. Sesungguhnya betapa menyedihkan dan malangnya hal ini! Tak diragukan lagi adalah musuh yang menentang Allah, tetapi semua anak-anak Allah di seluruh dunia memanggilnya gembala mereka dan terus mengikuti dia ke lembah kematian, untuk lenyap selamanya. Alangkah menakutkan kenyataan ini! Betapa besar penderitaan, ratapan dan kesedihan Bapa surgawi kita, Yesus dan para malaikat melihat hal ini!

Firman Yesus yang adalah Tuhan atas hari Sabat
Yesus bersabda, [Mengapa kamupun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu] (Mat 15:3)? [Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan] (Luk 6:46)? [Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia] (Mat 15:9). [Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa (Setan) yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan (Yesus) yang memimpin kamu kepada kebenaran] (Rom 6:16)?
[Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi] (Mat 5:17-18).
[Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan] (Mat 7:21-23)!
[Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya] (Yoh 14:21). [Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku] (Yoh 14:15). [Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya (1 Kor 9:24)! [Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga] (2 Tim 2:5). [Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah (Sepuluh Perintah) Allah] (Mat 19:17). [Carilah pengajaran (Sepuluh Hukum) dan kesaksian!” Siapa yang tidak berbicara sesuai dengan perkataan itu, maka baginya tidak terbit fajar] (Yes 8:20).
[Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum (Sepuluh Hukum) itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya. Sebab Ia yang mengatakan: “Jangan berzinah”, Ia mengatakan juga: “Jangan membunuh”. Dia yang mengatakan [jangan membunuh] juga mengatakan [Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat]. Dialah Oknum yang sama yang juga mengatakan, [Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku]. [Jadi jika kamu tidak berzinah tetapi (melanggar bahkan salah satu dari perintah-perintah lainnya dan) membunuh, maka kamu menjadi pelanggar hukum juga] (2 Yak:10-11; Kel 20:8, 3, 5). [Berkatalah dan berlakulah seperti orang-orang yang akan dihakimi oleh hukum (Sepuluh Hukum) yang memerdekakan orang] (Yak 2:12). [Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah] (1 Yoh 3:4).
[Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah (Sepuluh Hukum) Allah dan iman kepada Yesus] (Why 14:12). [Maka marahlah naga (Setan) itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum (Sepuluh Hukum) Allah dan memiliki kesaksian Yesus] (Why 12:17). [Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan] (Why 2:10). [Karena engkau menuruti firman-Ku, untuk tekun menantikan Aku, maka Akupun akan melindungi engkau dari hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia untuk mencobai mereka yang diam di bumi] (Why 3:10). [Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa] (Why 2:26). [Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah] (Why 2:7).
[Aku, Yesus, telah mengutus malaikat-Ku untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat (terakhir di dunia)] (Why 22:16). [Ya, Aku datang segera] (Why 22:20)! [Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: “Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini. Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini] (Why 22:18-19).
Kepada Bapa Kandung kita dan Yesus yang menuntun kita di jalan Kebenaran Allah – hari Sabat kudus ini – yang adalah kehidupan alam semesta dan kehidupan kita juga di hari-hari krisis akhir bumi ini, sehingga kita dapat dengan berani naik ke surga, saya haturkan syukur, sembah, dan pujian kekal hingga selama-lamanya. Amin, haleluya!


DOALNARA (MAJELIS UMUM NEGARA BATU DEKALOG)
doalnara.com / semua pertanyaan dalam bahasa Inggris dialamatkan ke: doalnara101@gmail.com; dalam bahasa Indonesia: doalnarask68@gmail.com